Tuesday, March 19, 2019

The power of emak-emak complain

Halo readers, sudah lama sekali saya tidak menulis di blog. Karena saya lebih sering menjawabi pertanyaan konyol di Quora. Ah, andai saya bisa lebih banyak menulis di blog sendiri. Tapi, tayangan di Quora lebih cepat naik daripada blog sendiri.

Ya sudahlah.

Kali ini, saya ingin menumpahkan sedikit uneg-uneg saya mengenai satu wali murid yang begitu menyebalkan. Mohon maaf jika saya terkesan terlalu kasar atau menjelek-jelekan. Tetapi, saya tidak akan mengatakan siapa yang dimaksud.

Ibu-ibu, pernahkan kalian mengelukkan komplain kepada guru yang mengajar anakmu? Dimana komplainnya menghinakan anak lain atau orang tua dari teman sekelas anakmu?

Sungguh, di mata saya itu adalah perbuatan yang biadab.

Mulutmu, ibu, mohon dijaga.

Setiap anak yang lahir adalah berkah bagi orang tuanya. Seperti apa pun keadaan anak. Apakah itu istimewa, atau butuh perhatian lebih. Apakah itu normal, atau berkebutuhan khusus.

Satu ibu yang menjadi wali murid saya, sungguh membuat hati saya kesal. Dia memaksa kami untuk mengeluarkan satu murid spesial (terlalu aktif) dari kelas anaknya. Hanya karena dia tidak suka dengan anak itu.

Bisa dibayangkan, bagaimana kami harus menjelaskan kepada si anak aktif tersebut? Dan bagaimana hancurnya perasaan ibu dari si anak tersebut?

Bukan dia saja, bahkan dia juga memaksa kami untuk tidak menerima murid baru di kelas anaknya, hanya karena anak tersebut terlambat masuk ke tahun ajaran.

Apa salahnya? Toh juga kemampuan dia setara dengan anaknya.

Bisa dibayangkan, betapa kagetnya sang ibu ketika dijelaskan yang sebenarnya.

Kemudian, dia juga memaksa untuk tidak menerima anak lainnya, hanya karena dia tidak suka dengan profesi ibu anak tersebut yang "cuma" sebagai pemasak di kantin.

Bisa dibayangkan betapa hancurnya si ibu?

Ya. Kami memilih untuk mengatakan hal yang sebenarnya.
Biar saja para ibu lain mengetahui bagaimana mulut kejam dari ibu tersebut. Padahal anak dari ibu itu juga tidak lebih baik dari anak-anak yang ditolaknya, koq.

Sungguh, kejam sekali mulut si ibu.

Untung saja, kami memilih untuk kehilangan 3 anak dari ibu tersebut, daripada kami kehilangan banyak anak hanya karena menerima permintaan aneh dari si ibu.

Wahai para ibu, dari hati yang paling dalam, mohon untuk tidak berlaku seperti itu. Cobalah berfikir, bagaimana jika kamu yang diperlakukan seperti itu? Pasti marah bukan? Pasti kesal bukan?

Saya sendiri adalah korban. Dulu, ketika saya TK, pun banyak ibu yang tidak menyukai saya, karena saya istimewa. Saya terlalu aktif dan terlalu aneh untuk anak-anak seusia saya yang lain. Saya paham sekali bagaimana sakit hati ibu saya menghadapinya.

Tolonglah, para ibu. Jaga mulutmu.


EmoticonEmoticon