Monday, January 21, 2019

Pengalaman Tervonis Influenza A

Selama bertahun-tahun tinggal di Jepang, saya selalu lolos dari vonis influenza A. Meskipun di tahun 2015 pernah mengalami demam tinggi, namun rupanya hanya common cold, atau flu biasa alias masuk angin disertai turunnya sistem imun dan infeksi tenggorokan yang menyebabkan demam.

Selama ini pula saya selalu menghindari vaksinasi. Bukan karena anti vaksin, tetapi karena vaksin itu mahal, saya masih misqueen, dan takut dengan jarum, suntik. Tetapi saya lolos juga dari vonis si A.

Akhir tahun 2018, saya diharuskan untuk imunisasi. Karena saya kerja di sekolah-sekolah yang memang berpotensi terhadap penyebaran influenza. Minggu kedua bulan November, saya divaksin.

Ternyata tidak sesakit yang saya kira saat disuntik, tetapi setelah disuntik saya justru mengalami demam sedikit dan bekas suntikan pegal seolah-olah saya baru dipukul Steve Roger. Selama 4 hari saya mengeluh rasa sakit. Kata teman, itu reaksi normal orang baru divaksin.

Saya sempat lega karena biasanya di bulan Desember adalah waktu untuk terbaring lemah karena common cold. Tetapi saya sehat wal afiat sepanjang Desember.

Hari terakhir di rumah, saya tidur bersama nenek saya, yang kebetulan sedang sakit. Dan saya mulai terasa tertular. Beruntung saya pulang ke Jepang mendapatkan kelas bisnis, jadi saya bisa tidur dan istirahat dengan nyaman.

Sempat demam dua hari, namun kemudian sehat lagi. Tetapi, kabar mengenai influenza outbreak sudah merajalela. Apalagi, Gifu merupakan kota dengan outbreak tertinggi di Jepang. Dan salah satu sekolah tempat saya bekerja mengalami outbreak yang parah.

Sabtu pagi, saya bertemu dengan sensei saya untuk membahas rencana saya kedepan, karena saya memutuskan untuk memperpanjang kontrak kerja dan masih akan berstatus working visa hingga tahun 2020. Sensei saya mengatakan bahwa beliau mungkin kena influenza. Waduh, pikir saya, saat itu, memang merasa tidak enak badan. Tidak demam, melainkan hidung meler dan batuk.

Pulang dari kampus, saya ke Malera. Kali ini bukan untuk shopping, melainkan untuk mengurus kartu kredit. Pulang dari Malera, di tengah perjalanan, saya merasa terengah-engah. Padahal baru makan banyak. Sampai di rumah, mendadak badan saya demam tinggi. Saya ukur dengan termometer suhu badan, mencapai 37 derajat malam hari itu. Namun, masih saya dipaksakan untuk mengikuti rapat I4.

Akibatnya, keesokan harinya, suhu badan saya naik hingga 40 derajat di pagi hari. Saya hanya tidur saja sepagian. Siangnya, suhu saya fluktuatif antara 37 - 39 derajat. Kemudian saya putuskan untuk ke rumah sakit besoknya.

Setelah mendapat ijin dari boss, pergilah saya ke rumah sakit. Dokter menanyakan saya mulai dari kapan terasa demam, apa saja yang di rasakan. Lalu dokter meminta saya untuk cek influenza.

Cek Influenza


Influenza test kit


Pertama, hidung kita dimasukkan alat yang nampak seperti cotton bud panjang. Rasanya seperti apa? Luar biasa sakit. Karena alat itu akan masuk jauh ke dalam hidung dan diputar-putar selama hampir 30 detik. Mata kanan saya sampai kedutan dan hingga saat ini belum berhenti, loh.

Uji Influenza


Kemudian, suster menyiapkan reagent dan memasukkan cotton bud yang sudah terdapat contoh ingus kita ke dalam reagent. Setelah mendapat ekstrak contoh ingus, suster memasukkan alat yang nampah seperti kertas pH ke dalam ekstrak ingus bercampur reagent. Ditunggu 10 menit, lalu keluar hasilnya.

Dan taraaaaaa......dokter dengan enteng mengatakan bahwa saya terkena influenza A. Saya kaget. Tapi kan sudah vaksin influenza, dok. Protes saya. Namun rupanya, vaksin saja tidak cukup untuk mencegah influenza tidak menyerang. Namun, vaksin membantu sistem imun kita untuk sedikit kebal terhadap virus influenza A. Sehingga, demamnya bisa lebih turun.

Akhirnya saya pulang dengan 3 macam obat di tangan. Obat anti-virus bernama Zofuru-ze, obat penurun panas bernama Karona-ru yang diminum hanya ketika demamnya diatas 38 derajat celcius, dan obat radang tenggorokan bernama Transemint.


bungkus obat anti-virus



Hari ini sudah hari kedua sejak saya divonis influenza A, dan sudah hari ke 4 sejak pertama kali demam. Kata teman saya yang pernah mengalami influenza, hari ke 4 dan ke 5 adalah hari rawan penularan virus. Oleh karena itu, pasien influenza biasanya dilarang bertemu dengan orang selama minimal 5 hari.

Karena harus diisolasi, saya terpaksa ambil cuti kerja seminggu. Bukannya senang, namun saya bingung mau ngapain dirumah seminggu tanpa kegiatan? 3 hari ini di rumah hanya makan-tidur-buang air-mandi-makan begitu seterusnya. Punggung dan pantat saya sampai pegal.

Akhir kata, hari ini demam saya sudah sedikit turun, diangka 37 derajat. Semoga semakin membaik dan dimatikan semua virus dalam tubuh saya. Amin.

Untuk readers, jaga kesehatan ya. Jangan lupa untuk selalu makan makanan yang bergizi, cuci tangan dan berkumur setelah pulang dari luar, dan jangan menyentuh bagian wajah secara langsung dengan tangan ketika di luar rumah.

Semoga readers terhindar dari jahanamnya virus influenza A.

penampakan virus A


EmoticonEmoticon