Thursday, August 2, 2018

I Fall in the Autumn (14)

Lamunanku akan masa lalu terhenti ketika pramugari mengumumkan kepada seluruh penumpang agar mengencangkan tali ikat pinggang karena pesawat akan segera mendarat. Segera kumasukkan surat yang sudah hampir 10 tahun masih kusimpan rapi ini ke dalam tas tanganku. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Dan tak ku sangka aku akan segera mendarat ke tempat dimana dia tinggal, Jepang.

Sudah bertahun-tahun ini kujalani hidup tanpa memikirkan tentang dia, namun entah kenapa takdir membawaku ke negara ini. Sehingga mau tidak mau, aku harus membuka kembali surat yang telah lama kusimpan rapi di lemariku. Aku sebenarnya tidak berharap untuk bertemu dengannya, namun ada satu perasaan ingin tahu yang menyusup. Seperti apa dia sekarang?

Kutahan lamunanku tentang Naoki, ketika kulihat sepasang orang Asia selatan membawa karton besar bertuliskan namaku. Aku menghampirinya dan memperkenalkan diri. Mereka adalah sepasang suami istri dari Bangladesh yang bernama Mr. Salam dan Mrs. Jobaida. Mr. Salam adalah yang akan menjadi rekan kerjaku selama di Jepang ini. Kurasa mereka sangat baik sekali.

"Previously, Rafi-san, one of my lab mates, he is from Indonesia as well, who would pick you up here. But this morning, his wife gave a birth, so me and my wife took his job with pleasure." Jelas Mr. Salam sambil menaikkan koporku ke dalam bagasi mobilnya.

Sepanjang perjalanan, kami berbincang banyak mengenai seperti apa Prof. Aoshima Haruto, tentang Pak Rafi yang istrinya baru melahirkan pagi ini, tentang seperti apa ritme kerja di laboratorium mereka, dan tentang kehidupan orang asing di Jepang terutama orang Muslim.

"Do you think that I can follow the rhythm? I am afraid..." kataku yang mulai mendadak hilang kepercayaan diri setelah mendengar cerita dari Mr. Salam tentang pencapaian-pencapaian mahasiswa-mahasiswa dari Prof. Aoshima. Tentang penemuan varietas baru tanaman, tentang sistem penyatuan gen tanaman untuk mendapatkan warna varian baru dalam sebuah spesies bunga, dan lain-lain. Aku pun sebelumnya mengagumi Prof. Aoshima setelah mengikuti seminar beliau yang dilaksanakan di kampusku. Oleh karena itu aku memberanikan diri untuk mengikuti program pertukaran pelajar selama tahu tahun ini di laboratorium Prof. Aoshima. Berharap untuk bisa mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya mengenai pemuliaan tanaman bersama beliau.

"Yes you can!! Don't worry. The key is team work, Emi-san. We will be happy to help you. Because helping you means helping us as well." Kata Mr. Salam kemudian kami tertawa.

Sesampainya kami di universitas, Mr. Salam langsung membawaku ke student room untuk meletakkan koper dan tas bawaanku. Kemudian Mrs. Jobaida membelikanku minuman dan makanan halal dari mini market di dalam kampus. Aku sangat senang sekali disambut dengan begitu ramah. Karena sebelumnya, aku sempat merasa ketakutan kalau saja sambutan untukku sanagt dingin.

Kemudian Mr. Salam membawaku ke ruangan Prof. Aoshima. Dengan sedikit gugup aku menyapa beliau.

"Oh Emi-san, it's good to see you again. How was your flight?" Tanya beliau dengan ramah. Kemudian beliau mengajakku berkeliling ke lab beliau sebentar untuk menjelaskan tempat-tempat yang nanti akan menjadi ranah kerjaku. Kemudian beliau memintaku untuk membawa koper dan tasku karena beliau akan mengantarku ke apartemen tempatku tinggal satu tahun ini.

" I am very sorry I couldn't give you a place in university dormitory, because it's so full this year. But I found a good place, close to university, so that you can just take a walk just 10 minutes to reach university." terang beliau mengenai apartemen yang akan kutinggali.

Sebelum sampai di apartemen, kami singgah sebentar ke supermarket untuk membeli banyak barang kebutuhan sehari-hari. Beliau pun mengangkat belanjaan dan juga beras 10 kg sambil melarangku agar tidak ikut mengangkatnya karena beliau rasa aku masih capek

"Thank you very much, Prof. I am so happy to get this help"

" No, no, don't me. It is my job to treat my students. And please, don't call me Professor. I don't like it. Just call me sensei. " terangnya.

Kemudian sampailah kami pada sebuah apartemen yang menurutku mewah. beliau mengantarku sampai ke kamarku, ruangan nomor 308. Tepat di ujung kiri gedung. Aoshima sensei mengatakan sengaja memilihkannku kamar di lantai 3 dan di ujung, karena cahaya mataharinya tidak begitu silau. Beliau memperhatikanku yang memang tidak terlalu menyukai tempat yang silau akan cahaya matahari. Bayangan pohon di depan beranda cukup menghalangi sinar matahari masuk kedalam kamarku.

"I heard that there is one Indonesian boy is living here, in this apartment. Perhaps, you can be friend with him. Please take a rest and enjoy your first weekend in Japan. Come to lab next Mondat on 9. Please don't be late." pesan Aoshima sensei sebelum beliau kembali ke kampus. Aku mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Berharap semoga hari-hariku di Jepang selama satu tahun ini akan menyenangkan. Di akhir musim semi ini, seolah aku menerbangkan harapan baru untukn memasuki musim baru.

Musim gugur di Lake Biwa, Shiga Prefecture.
Saat itu aku sempat jatuh cinta pada seseorang yang pergi bersama disini. Namun tidak jadi hehe




EmoticonEmoticon