Monday, September 1, 2014

Sebuah Pelajaran Lain dari Kasus Florence

Akhir2 ini kita dikejutkan oleh kasus Florence Sihombing yang "memaki" Jogja dan warganya, melalui media sosial Path dan Twitter. Sebelumnya, masih di tahun ini juga, kasus Dinda yang memaki ibu2 hamil di KRL juga melalui akun sosial media Pathpernah juga menghiasi media pemberitaan. Meskipun yang bersangkutan sudah meminta maaf secara publik, namun seperti Florence yang akhirnya harus meringkuk di belakang sel.


Kasus Florence dari Path
Kasus Dinda dari Path
Banyak sekali orang yang mengulas tentang hikmah dari kejadian ini. Tentang bagaimana kita harus bersikap terutama di sosial media. 

Kali ini, saya ingin mencoba mengulas sisi lain dari kejadian2 tersebut. Saya punya pandangan lain, dan kasus ini terkesan agak kurang adil bagi mereka. 

Ya, benar sekali. Siapa yang menyebarkannya???

Tega.

Itulah satu kata yang dapat saya gambarkan untuk teman yang menyebarkannya.

Teman?

Ya, saya sebut dia teman.

Path, saya juga baru beberapa minggu membuat path dan mempelajarinya. Pada masa Dinda mengunggah itu, rupanya Path mempunyai keterbatasan friendlist. Hanya 150 teman saja yang dapat di approve. sedangkan di masa hari ini, Florence, ada 500 teman yang dapat di approve.

Path agaknya memang lebih privasi daripada Facebook dan Twitter. Dimana Facebook maksimal teman adalah 5000, dan Twitter untuk followernya bisa sampai jutaan. Raditya Dika saja 7 juta lebih followernya. 

Intinya apa?

Bahwa yang menyebarkan capture screenshoot dari Path itu adalah teman dekat dari kedua tersangka wanita tersebut. Tega bukan?

Seorang teman yang baik, agaknya mempunyai itikad untuk memberi tahu dan menasehati dua wanita itu apabila memang kata2nya tidak mengenakkan. Saya jadi sedikit bersyukur, karena sesekali kalau saya sedang kelepasan kumat misuh2 di sosial media, banyak teman yang inbox mengingatkan saya untuk tidak seperti itu. Tak jarang diminta menghapusnya. Itu pun juga demi kebaikan saya. Saya jadi gak bisa bayangkan seandainya teman2 saya sama reseknya seperti teman2 si Florence dan Dinda.

Oh wait......tunggu.....ah..saya baru ingat saya pernah punya kejadian serupa dink akibat ulah teman yang jahil. Tapi alkhamdulillah hanya tingkat lokal, tapi sempat stres juga dink. Wah...tak terbayang rasanya jika dapat "hukuman" seperti mereka. Ya Allah....benar2 pelajaran besar.

Ok...kembali ke topik.


Jadi pada intinya, jika mau dirunut dan dicari, dari teman2 si Dinda dan Florence itu bisa ketahuan koq siapa yang menyebarkannya. Pastinya teman yang tidak suka, benci, menyimpan dendam, iri, dengki gitu deh.

Tapi, lain ceritanya kalau dua orang itu sudah diingatkan sebelumnya oleh orang yang sama, mungkin alasannya bisa dimaklumi (memang kedua orang itu yang punya masalah dengan keadaan).

Oh ya, kita juga ga ngerti juga kan kondisi psikologis Dinda dan Florence ketika menulis itu? You know lah ya, cewek...dimana2 juga sama kalau lagi PMS pasti bawaannya emosional dan marah2. Nah, kadang, si teman ini gak mau ngerti. Taunya balas dendam aja.

Jadi, kesimpulannya?

Pelajaran yang bisa saya ambil dari kasus ini adalah :

1. Hati2 dalam menerima permintaan teman

Hati2 sekali. Kita harus benar2 mimilih2 siapa saja yang boleh masuk ke dalam akun pertemanan kita. Mencegah lebih baik daripada terlanjur kan? Usahakan untuk menghindari teman2 yang pernah ada sejarah berbuat jahat sama kita. Meskipun hubungannya agaknya membaik, tapi, silaturahim cukupkan di dunia nyata saja. Itu saran saya sih, berdasarkan banyak pengalaman pribadi juga. Dan juga, hindari berteman di sosial media dengan orang2 yang membenci kita, iri dengan kita, dan pernah menyakiti kita, meskipun mereka satu almamater dengan kita.

2. Hati2 dalam mengatur privacy

Usahakan untuk selalu set privacy jika ingin misuh2 di sosmed. Kita semua tau lah ya kalau beberapa orang update pisuhan itu sebenarnya untuk curhat, curcol, berbagi pengalaman kekesalan mereka kepada teman2 dekat. Ingat. teman2 dekat. Nah, makanya, jangan sampai postingan tersebut jadi "publik", artinya, teman2 tidak dekat dan bukan teman pun dapat membaca. Jadi, selalu telitilah settingan privacy nya sebelum ngeklik tombol "post".

3. Misuh di Message hanya teman dekat

Alangkah lebih baiknya jika kita melampiaskan pisuhan di message dengan teman dekat saja. Ingat ya sekali lagi, teman dekat. Kenapa? Karena teman dekat itu adalah teman yang mengerti kita, mengerti situasi kita dan memaklumi keadaan psikologis kita yang sedang misuh.

4. Tidak usah misuh

Dan yang paling the best adalah mendingan gak usah misuh sama sekali. Kita semua kan tahu, bahwa kondisi dunia saat ini memang sudah tidak sehat. Daripada menambah ketidak sehatan diri sendiri, akan menjadi the best sekali bila memaklumi kekurangan sekitar yang ada. Koreksi diri, dan ya udah, selow aja gitu. Apa sih susahnya memaafkan?? :)



Lalu, bagaimana nasib si teman jahat itu?? Tidak dipenjara, tertawa puas karena sudah bisa membuat Dinda dan Florence kerepotan menghadapi hukuman masyarakat dan polisi untuk Florence. Dan itu si teman pasti puas banget. Yakin deh. Tidak adil kan???

Bagaimana menurutmu?? ;)


EmoticonEmoticon