Rinduku bagaikan fly ash yang beterbangan
Terserap lurus dalam biofilm hati
Teringat kata2mu serasa bagai pestisida yang membasahi remah2 pikiran ini
Suaramu bagaikan noise di telingaku
Tak mampu membran ini memfilternya lagi
Hingga terus terngiang dan terngiang
Aku serasa berada di ruang inkubasi
Hatiku tererosi sedikit demi sedikit
Mengendapkan rindu jauh ke dasar
Menjadikannya sedimen keras yang tak tergoyahkan bagai kerangka johkasoh
Virus cinta ini sudah menyerangku
Laksana E Coli yang menggerus lambungku
Sel-sel paru ini satu persatu mati rasa
Perlahan dan terus menerus
Ah...aku ingin keluar saja
Melihat aktifitas burung2 yang menari dan bernyanyi indah
Menikmati matahari dan sang hujan yang bersiklus setiap harinya
Ah...rasanya segar sekali
Seolah berfotosintesis
Kupandang langitku sejenak
Kusapu debu dalam diary yang lama terkunci
Menggoreskan tinta merah hati
Dan kugambar buah jambu sebagai pengganti rindu wajahmu
Gifu, 24 Juli 2014, 21.52
Kontributor malam itu :
The most of idea comes from my best friend Ira
And all of the girls (woman) : Bu Vonny, Farrah, Ewi, Bu Vita, Putri, Weny, Uzami, Sofa
Terima kasih atas sumbangsih ide penelitiannya sehingga bisa menjadikan sebuah puisi yang menggelora :D
Thursday, July 24, 2014
Puisi Patah Hati (Scientist Version)
Artikel Terkait
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon